Senin, 07 April 2014

MEMBANDINGAN KINERJA MACAM – MACAM PROSES PENGELASAN MANUAL DALAM APLIKASI PRODUKSI..


Ada banyak proses pengelasan yang ada dalam dunia pengelasan. Tetapi yang paling dikenal untuk proses pengelasan manual bagi masyarakat ada 4 yaitu; Las Oksi-Asetilen, Las SMAW, Las GMAW, Las TIG. Dalam kegiatan proses produksi pada industri kecil dan menengah pemilihan proses pengelasan yang tepat kadang masih menjadi kendala bagi mereka. Dalam artikel ini penulis menyampaikan sedikit informasi tentang kelebihan dan kekurangan dari keempat proses pengelasan yang tersebut diatas, agar pembaca sedikit banyak memiliki pertimbangan untuk memilih salah satu proses pengelasan yang tepat untuk mendukung proses produksi secara efektif dan efisien.

Las OAW (Oxi- Acetylene Welding)
Las OAW juga sering disebut sebagai las Asetilen, las Karbit atau las Gas. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari reaksi kimia antara gas Asetilen (C2H2) dengan gas Oksigen (O2). Nyala api yang tepat dari proses las ini dapat mampu menghasilkan panas sampai temperature 3200°C. Proses las ini dapat digunakan untuk mengelas baja non paduan, baja paduan rendah, besi cor dan Aluminium. Efektif untuk ketebalan pelat dan pipa mulai 0,8-6mm. Harga peralatan yang murah, proses pengelasan yang lambat dan distorsi yang tinggi merupakan karakteristik dari las jenis ini. Selain untuk mengelas, las oksi-asetilen sering digunakan juga untuk proses pemotongan, pengerasan, penekukan dan pelurusan, maupun perataan.

Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Las SMAW sering disebut las listrik, las elektroda, las stick, las MMA. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari busur listrik pada elektroda. Temperatur busur listrik dari elektroda mampu mencapai 6000°C . Fleksibilitas penggunaan dilapangan maupun didalam bengkel merupakan keunggulan utama dibanding proses las lainnya. Keunggulan lainnya antara lain; Harga mesin las cukup murah, Bisa digunakan untuk mengelas berbagai macam logam tergantung dari kesediaan jenis elektroda. Kekurangan dari proses las ini antara lain; efisiensi rendah (65%), membutuhkan skill operator yang cukup tinggi, waktu pengelasan cukup lama karena pengelasan selalu terputus untuk penggantian elektroda sekaligus pengupasan terak las. Arus pengelasan terbatas sesuai dengan kemampuan elektroda. Menghasilkan polutan asap las, terak, slag dan spatter.

Las GMAW (Gas Metal Arc Welding)
Las GMAW sering disebut las MIG/MAG, las CO2. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari busur listrik dari kawat elektroda. Temperatur busur listrik dari elektroda mampu mencapai 8000°C . Laju desposisi lasan yang tinggi merupakan keunggulan utama dibanding proses las lainnya. Keunggulan lainnya antara lain; Teknik mengelasnya lebih mudah, bebas slag dan terak sehingga waktu operasi pengelasannya lebih singkat, memiliki range tebal material yang lebih besar (mulai 0,8mm keatas). Kekurangan dari proses las ini antara lain; Kurang portable, jenis kawat elektroda terbatas, harga mesin las relative mahal, memerlukan gas pelindung, tidak cocok digunakan mengelas dilapangan dan masih menghasilkan spatter.

 Las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Las GTAW sering disebut las WIG, las TIG, las Argon. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari busur listrik dari elektroda Tungsten. Temperatur busur listrik dari elektroda mampu mencapai 12000°C . Hasil las berkualitas tinggi merupakan keunggulan utama dibanding proses las lainnya. Keunggulan lainnya antara lain; bebas slag dan terak, nyaris bebas asap las. Bisa digunakan untuk mengelas semua jenis logam. Kekurangan dari proses las ini antara lain; Kurang portable, harga mesin las mahal, memerlukan gas pelindung, tidak cocok digunakan mengelas dilapangan, efektif hanya untuk mengelas logam tipis (0.5 s/d 6mm).

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan masing-masing proses pengelasan diatas, berikut kita bandingkan tingkat penggunaannya dalam tabel Perbandingan Aplikasi Proses Pengelasan Manual seperti dibawah ini.

Tabel Perbandingan Aplikasi Proses Pengelasan Manual

Parameter
Proses Pengelasan
OAW
SMAW
GMAW
GTAW
Flexibilitas
**
****
*
*
Kemampuan las terhadap variasi jenis logam
*
****
**
****
Kecepatan las
*
**
****
*
Efisiensi deposit lasan
**
**
****
**
Harga mesin/peralatan las
**
**
***
****
Biaya operasional
***
**
*
****
Kualitas hasil las
*
**
***
****
Kebutuhan skill welder
***
**
*
****
Range ketebalan material
*
***
****
**
Fungsi tambahan peralatan
****
**
*
*

Keterangan:    *           = rendah
                        **         = cukup
                        ***        = tinggi
                        ****      = sangat tinggi
Pembahasan
Dari tabel diatas, kita dapat membandingkan tingkat keunggulan dari masing-masing proses pengelasan. Sangatlah tidak adil jika kita membandingkan keempat proses las tersebut dengan menjumlahkan tanda bintang yang ada. Tetapi cara membandingkannya melihat dari kebutuhan. Misal: Suatu proyek atau produk banyak dikerjakan dilapangan, maka sebaiknya memilih SMAW. Hal ini mengingat proses kerja dilapangan membutuhkan tingkat fleksibiltas fungsi alat dan proses pengelasan yang tinggi. Sebaliknya kalau proyek atau produk kita dikerjakan di dalam ruang bengkel dan benda kerja bisa dimanipulasi posisinya sebaiknya menggunakan GMAW, mengingat proses las GMAW menjanjikan kecepatan dan efisiensi deposit las yang paling tinggi. Sebaliknya jika pengerjaan logam kita banyak menggunakan bahan dari logam special (misal: stainless steel, aluminium, titanium, tembaga) sebaiknya menggunakan GTAW. Karena mengelas logam special memerlukan kualitas hasil yang sangat tinggi dan sebisa mungkin meminimalkan adanya perbaikan setelah pengelasan (repair welding). Hal ini disebabkan logam-logam special tersebut selain harganya mahal juga tergolong sulit untuk dilakukan repair welding terutama pada pelat atau pipa yang tipis. Fungsi tambahan dari peralatan las yang paling tinggi adalah las OAW. Artinya proses las ini dapat digunakan tidak hanya untuk mengelas tapi bisa digunkan untuk memotong, menekuk, memanasi, mengeraskan, meluruskan, dan meratakan. Sehingga didalam setiap bengkel peralatan las OAW sebaiknya dimiliki sebagai pendukung untuk kegiatan fabrikasi logam. Demikian pembahasan dari artikel ini. Semoga bermanfaat.

Referensi:
G.Archele, Dipl-Ing, Kalkulation und Wirtshaftlichkeit in der Schweisstechnik, DVS, Dusseldorf, 1985.
Juergen-Klaus Matthes, Schweisstechnik, Fachbuchverlag Leipzig im Carl Hanser Verlag, Muenchen Wien, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar