Ada
banyak proses pengelasan yang ada dalam dunia pengelasan. Tetapi yang
paling dikenal untuk proses pengelasan manual bagi masyarakat ada 4
yaitu; Las Oksi-Asetilen, Las SMAW, Las GMAW, Las TIG. Dalam kegiatan
proses produksi pada industri kecil dan menengah pemilihan proses
pengelasan yang tepat kadang masih menjadi kendala bagi mereka. Dalam
artikel ini penulis menyampaikan sedikit informasi tentang kelebihan dan
kekurangan dari keempat proses pengelasan yang tersebut diatas, agar
pembaca sedikit banyak memiliki pertimbangan untuk memilih salah satu
proses pengelasan yang tepat untuk mendukung proses produksi secara
efektif dan efisien.
Las OAW (Oxi- Acetylene Welding)
Las
OAW juga sering disebut sebagai las Asetilen, las Karbit atau las Gas.
Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari reaksi
kimia antara gas Asetilen (C2H2) dengan gas Oksigen (O2). Nyala api yang
tepat dari proses las ini dapat mampu menghasilkan panas sampai
temperature 3200°C. Proses las ini dapat digunakan untuk mengelas baja
non paduan, baja paduan rendah, besi cor dan Aluminium. Efektif untuk
ketebalan pelat dan pipa mulai 0,8-6mm. Harga peralatan yang murah,
proses pengelasan yang lambat dan distorsi yang tinggi merupakan
karakteristik dari las jenis ini. Selain untuk mengelas, las
oksi-asetilen sering digunakan juga untuk proses pemotongan, pengerasan,
penekukan dan pelurusan, maupun perataan.
Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Las
SMAW sering disebut las listrik, las elektroda, las stick, las MMA.
Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari busur
listrik pada elektroda. Temperatur busur listrik dari elektroda mampu
mencapai 6000°C . Fleksibilitas penggunaan dilapangan maupun didalam
bengkel merupakan keunggulan utama dibanding proses las lainnya.
Keunggulan lainnya antara lain; Harga mesin las cukup murah, Bisa
digunakan untuk mengelas berbagai macam logam tergantung dari kesediaan
jenis elektroda. Kekurangan dari proses las ini antara lain; efisiensi
rendah (65%), membutuhkan skill operator yang cukup tinggi, waktu
pengelasan cukup lama karena pengelasan selalu terputus untuk
penggantian elektroda sekaligus pengupasan terak las. Arus pengelasan
terbatas sesuai dengan kemampuan elektroda. Menghasilkan polutan asap
las, terak, slag dan spatter.
Las GMAW (Gas Metal Arc Welding)
Las
GMAW sering disebut las MIG/MAG, las CO2. Energi panas yang digunakan
untuk mencairkan logam berasal dari busur listrik dari kawat elektroda.
Temperatur busur listrik dari elektroda mampu mencapai 8000°C . Laju
desposisi lasan yang tinggi merupakan keunggulan utama dibanding proses
las lainnya. Keunggulan lainnya antara lain; Teknik mengelasnya lebih
mudah, bebas slag dan terak sehingga waktu operasi pengelasannya lebih
singkat, memiliki range tebal material yang lebih besar (mulai 0,8mm
keatas). Kekurangan dari proses las ini antara lain; Kurang portable,
jenis kawat elektroda terbatas, harga mesin las relative mahal,
memerlukan gas pelindung, tidak cocok digunakan mengelas dilapangan dan
masih menghasilkan spatter.
Las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Las GTAW sering disebut las WIG, las TIG, las Argon. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam berasal dari busur listrik dari elektroda Tungsten. Temperatur busur listrik dari elektroda mampu mencapai 12000°C . Hasil las berkualitas tinggi merupakan keunggulan utama dibanding proses las lainnya. Keunggulan lainnya antara lain; bebas slag dan terak, nyaris bebas asap las. Bisa digunakan untuk mengelas semua jenis logam. Kekurangan dari proses las ini antara lain; Kurang portable, harga mesin las mahal, memerlukan gas pelindung, tidak cocok digunakan mengelas dilapangan, efektif hanya untuk mengelas logam tipis (0.5 s/d 6mm).
Berdasarkan
kelebihan dan kekurangan masing-masing proses pengelasan diatas,
berikut kita bandingkan tingkat penggunaannya dalam tabel Perbandingan
Aplikasi Proses Pengelasan Manual seperti dibawah ini.
Tabel Perbandingan Aplikasi Proses Pengelasan Manual
Parameter
|
Proses Pengelasan
|
|||
OAW
|
SMAW
|
GMAW
|
GTAW
|
|
Flexibilitas
|
**
|
****
|
*
|
*
|
Kemampuan las terhadap variasi jenis logam
|
*
|
****
|
**
|
****
|
Kecepatan las
|
*
|
**
|
****
|
*
|
Efisiensi deposit lasan
|
**
|
**
|
****
|
**
|
Harga mesin/peralatan las
|
**
|
**
|
***
|
****
|
Biaya operasional
|
***
|
**
|
*
|
****
|
Kualitas hasil las
|
*
|
**
|
***
|
****
|
Kebutuhan skill welder
|
***
|
**
|
*
|
****
|
Range ketebalan material
|
*
|
***
|
****
|
**
|
Fungsi tambahan peralatan
|
****
|
**
|
*
|
*
|
Keterangan: * = rendah
** = cukup
*** = tinggi
**** = sangat tinggi
Pembahasan
Dari
tabel diatas, kita dapat membandingkan tingkat keunggulan dari
masing-masing proses pengelasan. Sangatlah tidak adil jika kita
membandingkan keempat proses las tersebut dengan menjumlahkan tanda
bintang yang ada. Tetapi cara membandingkannya melihat dari kebutuhan.
Misal: Suatu proyek atau produk banyak dikerjakan dilapangan, maka
sebaiknya memilih SMAW. Hal ini mengingat proses kerja dilapangan
membutuhkan tingkat fleksibiltas fungsi alat dan proses pengelasan yang
tinggi. Sebaliknya kalau proyek atau produk kita dikerjakan di dalam
ruang bengkel dan benda kerja bisa dimanipulasi posisinya sebaiknya
menggunakan GMAW, mengingat proses las GMAW menjanjikan kecepatan dan
efisiensi deposit las yang paling tinggi. Sebaliknya jika pengerjaan
logam kita banyak menggunakan bahan dari logam special (misal: stainless
steel, aluminium, titanium, tembaga) sebaiknya menggunakan GTAW. Karena
mengelas logam special memerlukan kualitas hasil yang sangat tinggi dan
sebisa mungkin meminimalkan adanya perbaikan setelah pengelasan (repair
welding). Hal ini disebabkan logam-logam special tersebut selain
harganya mahal juga tergolong sulit untuk dilakukan repair welding
terutama pada pelat atau pipa yang tipis. Fungsi tambahan dari peralatan
las yang paling tinggi adalah las OAW. Artinya proses las ini dapat
digunakan tidak hanya untuk mengelas tapi bisa digunkan untuk memotong,
menekuk, memanasi, mengeraskan, meluruskan, dan meratakan. Sehingga
didalam setiap bengkel peralatan las OAW sebaiknya dimiliki sebagai
pendukung untuk kegiatan fabrikasi logam. Demikian pembahasan dari
artikel ini. Semoga bermanfaat.
Referensi:
G.Archele, Dipl-Ing, Kalkulation und Wirtshaftlichkeit in der Schweisstechnik, DVS, Dusseldorf, 1985.
Juergen-Klaus Matthes, Schweisstechnik, Fachbuchverlag Leipzig im Carl Hanser Verlag, Muenchen Wien, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar